SURAKARTA – Kepala Bagian Fasilitasi Penganggaran dan Pengawasan (Kabag FPP), Sri Idayatno memimpin pelaksanaan Apel Pagi yang digelar di depan Halaman Kantor Sekretariat Dewan (Setwan) pada hari Senin (26/8/2024), mengingat Sekretaris Dewan (Sekwan) pada hari yang sama tengah mengikuti Apel bersama di Balaikota. Meskipun Sekwan tidak hadir, apel tetap berlangsung lancar dan penuh semangat.
Sri Idayatno menyampaikan beberapa catatan penting terkait disiplin pegawai. Dalam arahannya, beliau menyoroti fenomena yang terjadi selama apel pagi berlangsung.
“Saya sudah hampir 7 bulan berada di sini dengan suasana yang berbeda pula,” ungkap mantan Sekretaris Bapenda Kota Surakarta. “Yang saya lihat dan amati, saat lonceng tanda apel dibunyikan, banyak pegawai yang belum siap dan belum menempatkan diri dengan baik, sehingga memperlama prosesi apel.”
Ia menekankan pentingnya disiplin waktu dan kesiapan pegawai dalam mengikuti apel pagi. Menurutnya, apel pagi merupakan momen penting untuk memulai hari kerja dengan semangat dan koordinasi yang baik. Keterlambatan dalam menempatkan diri saat apel menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran akan tanggung jawab dan kedisiplinan di antara para pegawai.
Lebih lanjut, Ia menyoroti perlunya meniru kedisiplinan yang diterapkan dalam dunia militer, terutama dalam hal berbaris.
“Paling tidak kita bisa mencontoh didikan militer saat disiplin berbaris,” ujarnya. “Tidak saling enten-enten an, kalau lonceng sudah berbunyi, segera berkumpul dan berbaris.”
Sikap saling menunggu dan kurangnya inisiatif untuk segera mengambil posisi saat apel harus dihindari. Kedisiplinan dalam berbaris bukan hanya soal formalitas, tetapi juga mencerminkan sikap profesional dan tanggung jawab sebagai pegawai.
Sementara itu, dalam amanatnya, Ia mengingatkan seluruh pegawai tentang alasan di balik perlunya kelengkapan seragam, termasuk penggunaan nametag dan lencana.
“Mengapa uniform kita harus lengkap, seperti memakai nametag dan lencana? Karena nama yang tertera di seragam itu bukan untuk kita, melainkan untuk yang kita layani,” jelasnya.
Meskipun tampaknya sepele, penggunaan seragam yang lengkap sebenarnya memiliki peran penting dalam mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun psikis.
“Memang kelihatannya sepele, namun ini menjadi hal yang penting,” urainya. “Mengingat ini merupakan persiapan fisik dan psikis kita. Persiapan psikis ditunjukkan dengan memakai atribut lengkap.”
Di lain sisi, menurut Sri Idayatno, atribut seperti nametag dan lencana bukan hanya aksesoris, tetapi bagian dari proses mental dalam mempersiapkan diri untuk menjalankan tugas. Memakai seragam lengkap menunjukkan kesiapan mental dan komitmen untuk bekerja dengan profesionalitas. Hal ini, menurutnya, sangat penting sebagai pegawai yang bertugas melayani masyarakat.
Proses ini mungkin dimulai dari rasa terpaksa, tetapi pada akhirnya akan menjadi kebiasaan yang membawa dampak positif.
“Dipaksa, merasa terpaksa, dan berubah menjadi terbiasa,” tambah Sri Idayatno. “Karena kebiasaan akan membawa efek yang positif.”
Arifin Rochman